Jumat, 27 Mei 2016

Aku dan compact kameraku

Sebenarnya sudah lama keinginan mempunyai sebuah kamera, namun kok ya tidak berani beli. Keinginan punya sebuah kamera saya ingat benar sejak SMP. 

Sejak adik perempuanku yang juga saat itu SMP membeli compact kamera. Mungkin aneh bagi sebagian orang wong ingin punya kamera saja kok dipendam sekian lama :)

Mbok ndang
beli, toh kamera bukan lagi barang mewah seperti dulu toh hanya sebuah kamera compact, berapa juga sih harganya?

Entahlah ... bila urusan membeli sesuatu bagi diri sendiri saya termasuk pelit. Namun giliran untuk orang atau saudara saya tidak terlalu perhitungan.

Saya ingat benar ayah bercerita bahwa beliau menekan hobby-nya demi ekonomi keluarga. Hobby itu hanya untuk orang kaya begitu ayah selalu bilang. Hal itu terpatri dalam bawah sadar saya hingga sekarang.


Saya sadar bahwa keinginan memiliki kamera compact itu sebetulnya bukan tanpa alasan, namun terlambat saya sadari. Waktu kuliah sering kali saya dimintai tolong mengambil gambar oleh teman dan kebanyakan hasilnya bagus. 


Sekali lagi hal tersebut saya anggap kebetulan semata, tidak saya anggap ataupun saya pikir. Berlalu seperti angin.


Saat booming fotografi, kamera DLSR pun semakin "murah" dan kebetulan saya sudah punya penghasilan sendiri. Perasaan ingin punya kamera mendekat lagi pelan-pelan. 

Sialnya, saya bahkan satu kosan dengan seorang teman yang pekerjaannya sebagai fotografer acara nikahan. Jadinya keinginan itu semakin menggebu, namun saya terbiasa mengontrol perasaan dengan logika tidak terlalu sulit menggendalikannya.

Paling-paling hanya intip-intip laman di sini. Untuk lihat harga dan perkiraan berapa budget untuk sebuah hobby bernama fotografi. 


Hal yang saya lakukan berbulan-bulan dan akhirnya saya memuutuskan ingin membahagiakan diri sendiri, keluar dari garis batas yang selama ini saya buat buat dan yakini. Namun, tetap dalam koridor logika. 

Saya uji keinginan tersebut, apakah sekedar want atau memang need. Saya mengujinya selama tiga bulan, seandainya sekedar want pasti selama tiga bulan keinginan itu luntur, bila tidak berarti need.

Selama itu pula saya bertanya pada diri, ini barang konsumsi atau barang produksi. Kira-kira tahan berapa lama hobby ini nantinya saya jalani. 


Kamera apakah yang saya inginkan, compact, prosumer, DLSR atau mirrorless. Dan terakhir kira-kira budgetnya berapa?

Yah, saya memang seribet itu orangnya, namun itulah saya :)

Akhirnya saya putuskan membeli compact kamera saja, yang high level. 


Dengan pertimbangan saya belum yakin hobby ini akan bertahan lama, kamera DLSR atau mirrorless itu lensanya lumayan mahal,  dan banyak hal lain lagi yang dipersiapkan bagi pendamping sebuah kamera (mulai bag, tripod, pembersih dan banyak lagi). 

Compact camera lebih simple bagi saya baik segi ukuran, perawatan, lensa dan aksesorisnya.

Akhirnya, pilihan kamera compact jatuh pada Panasonic Lumix DMC-LX7 yang saya beli online tanggal 23 February 2014 dengan harga Rp. 4.280.000,00. Dan saya berharap tahan tidak upgrade selama lima tahun ... ha3x.

Pilihan ini bukan asal, saya sering membaca laman tentang belajar fotografi dan review kamera di sini


Kebetulan pernah membahas tentang advanced compact terbaik 2012. Meski telat dua tahun bagi saya tidak masalah karena cocok dengan budget dan spekualifikasi yang saya inginkan.

Dan mulailah perjalanan saya belajar fotografi dengan camera compact yang sejak lama saya ingini :)




Panasonic DMC-LX7




Tidak ada komentar:

Posting Komentar