Rabu, 08 Juni 2016

HDR dan sebuah kompensasi

Sejak saya sekolah pelajaran seni adalah momok bagi saya selain pelajaran ketrampilan. Nilai dua pelajaran tersebut ala kadarnya saja.

Ikut paduan suara juga pernah, lolos karena yang ikut tidak banyak. Dan kualitas suara saya saat menyanyi juga tidak begitu bagus, meso-meso (misuh-misuh) kata pelatihnya sambil bercanda.

Mungkin saya tidak berbakat dalam bidang seni.

Namun saya tidak peduli, masih juga suka menyanyi seolah saya adalah Josh Groban, Aditya Sofyan, Christopher Abimayu, Sujiwo Tedjo bahkan Mpok Ati kali yang terakhir ... ha3x

Saya menyukai gambar sejak dulu. Kegemaran lama saya adalah mengoleksi perangko, souvenir sheet (carik kenangan), dan kadang sampul hari pertama.

Itupun tidak kontinyu dan akhirnya berhenti karena perlu biaya lumayan besar menurut ukuran kantong saya.

Ada istilah HDR dalam ranah fotografi dimana Anda bisa memperluas rentang dinamik foto, membuat rentang warna dan cahaya yang lebih besar daripada yang dihasilkan kamera digital dan menghasilkan imaji yang lebih mirip ditangkap oleh mata manusia .

Imagi HDR bisa dibuat dari kamera atau aplikasi editing.

Awal kenal imaji HDR (High Dynamic Range)  dari bukunya Scoott Kelby; The Adobe Photoshop CS6 book.

Seperti biasa saya terkagum-kagum. Kok bisa ya ...

Buku itu memberikan tips cara mengubah gambar realis jadi agak-agak serealis dengan HDR... kalau bahasa saya mirip seperti lukisan.

Sayapun mencobanya dan hasilnya ... saya berkhayal bahwa saya seorang pelukis ... ehm  Joko Pekik setidaknya ... he3x


THM, Tarakan 2014
Tengkayu 1, Tarakan 2014

THM, Tarakan 2014


SMAN 1, Tarakan 2016





Tidak ada komentar:

Posting Komentar