Saya merasa seperti biji-biji dandelion yang dilempar oleh angin ke sebuah negeri antah berantah. Saya merasa tidak punya pijakan, tidak mengakar.
Negeri saya posisi mataharinya jelas berbeda dengan negeri-negeri yang menjadi lokasi pengambilan gambar om Eric Kim. Musim, budaya dan tata kotanya juga.
Seolah-olah mustahil bila saya terapkan di kota kecil tempat saya tinggal. Ehm ... atau ini hanya excuse saya saja ... ha3x.
Seorang cakil kecil tiba-tiba muncul dan dan berceletuk keras dalam batin.
Saya gembira sekali saat ada realease buku street photography karangan om Erik Prasetya. Sebenarnya saya lebih dulu kenal novel karya istrinya; Saman dan Larung.
Buku On Street Photography memberikan pengantar street photography; mulai pendekatan, teknik, serta masalah etika dan estetikanya. Juga ada beda snapshot, human interest, travel photography dan street photography.
Saya membelinya 26 November 2014 lalu bersama buku referensi fotografi lainnya, masih pengarang yang sama, Street, Rain, & Style. Bila Anda tertarik bisa kesini untuk membelinya.
Setidaknya ada jalan untuk membuka sedikit demi sedikit 'pekerjaan rumah' saya untuk membuat gambar yang bercerita.
![]() |
Gambar saya ambil dari ww.goodreads.com |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar